03 February 2009

Sabuk Hijau di Pasanggrahan


Mon, 23 Apr 2007 15:46:22 +0700



Sabuk Hijau di Pasanggrahan
Widya Siska



Setiap hari pria jebolan kelas II sekolah menengah pertama ini menyusuri Kali Pasanggrahan dari hulu di Gunung Pangrango, Cibodas, Jawa Barat, hingga hilir di Teluk Jakarta. Para tetangga pun menuduh dia sedang mencari ilmu hitam. Namun Bang Idin tak hirau. ”Gua melakukan ini menuruti panggilan hati nurani,” katanya. “Gua nggak dibayar oleh pemerintah atau siapa pun.”

Lantas Bang Idin keliling Jakarta memburu jenis-jenis tanaman yang dulu tumbuh di sekitar Kali Pasanggrahan. Tanaman itu ia semai lagi di sekitar Kali Pasangrahan. Selama 15 tahun ia berburu tenaman. Hasilnya ribuan jenis tanaman kini dibudidayakan di pinggir Kali Pasanggrahan.

Kini Kali Pasanggrahan menjadi hutan yang ijo royo-royo. Ada 60 ribu batang pohon telah ia tanam di sana. Tumbuhan produktif seperti rambutan, mangga, durian, nangka, dan kelapa tumbuh lebat di sepanjang kali. Bahkan, tumbuhan langka seperti pohon buni, kecapi, kepel, gandaria, dan bisbul juga tumbuh di mana-mana. Sekarang Bang Idin dan kelompok tani Sangga Buana menanam tumbuhan obat-obatan.

Mata air di sepanjang kali yang dulu mati hidup lagi berkat pepohonan. Mata air itu menjadi sumber air bersih bagi warga sekitar yang tak punya pompa air.

Kini anggota kelompok tani Sangga Buana mencapai ratusan orang dari berbagai profesi dan latar belakang sosial. Bang Idin pun mendapat penghargaan lingkungan hidup. Menteri Lingkungan Hidup memberinya penghargaan Kalpataru pada tahun 1998. Pemerintah Jerman, Prancis, dan Jepang juga memberinya penghargaan. Bahkan, pemerintah Mesir menjadikan upaya Bang Idin sebagai contoh mengelola sungai-sungai di negara yang memiliki Sungai Nil ini.

“Alam bukan warisan nenek moyang, tapi titipan anak cucu kita,” kata Bang Idin mengutip slogan aktivis lingkungan hidup. “Gue ingin anak cucu gue juga bisa ngedengerin kicauan burung seperti gue denger sekarang.”

No comments: