13 February 2009

Prediksi dengan Metode ANFIS

Sinar Harapan
Jumat, 13 Februari 2009

Prediksi dengan Metode ANFIS
Hujan Terus Mengguyur sampai 2007

Oleh
Merry Magdalena

JAKARTA - Hujan deras dan ancaman banjir akan terus berlanjut sampai tahun 2007. Tapi tidak separah apa yang terjadi pada 2002 silam. Setidaknya itulah hasil prediksi dengan mengamati titik aktivitas matahari alias sun spot.
Tahukah Anda bahwa matahari memiliki peran terhadap banjir? Selintas fakta ini menggelikan. Bagaimana mungkin matahari nun jauh di sana ikut bertanggung jawab terhadap banjir di depan rumah kita. Memang, alam memiliki keterkaitan yang begitu erat.
“Cuaca dan iklim bumi sangat dipengaruhi aktivitas matahari. Karena posisi dan aktivitasnya selalu tetap, kita dapat memprediksi cuaca,” ujar Prof Dr The Houw Liong, ilmuwan dari Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada pers di Jakarta, belum lama ini. Pengamatan terhadap aktivitas matahari ini bisa dilakukan terhadap sun spot alias titik imbang matahari. Dari data yang sudah direkam selama ini didapat pola yang tetap dan dari pola itulah prediksi bisa dilakukan.
The Huow menjelaskan bahwa pada saat sun spot minimum, pada sejumlah daerah di wilayah Indonesia timur akan terjadi curah hujan maksimum alias tinggi. Sebaliknya, ketika sun spot maksimum, curah hujan di wilayah tadi akan mereda.

Tak Menentu
“Pada 2006 dan 2007 terlihat bahwa sun spot minimum, ini berarti Indonesia bagian timur akan mengalami curah hujan tinggi. Ini sudah bisa terlihat dengan adanya bencana banjir di Jawa Timur. Gejala ini juga menunjukkan akan adanya La Nina,” ungkap The Houw Liong.
Tapi hal serupa tidak terjadi di wilayah Indonesia tengah, terutama yang berdekatan dengan garis katulistiwa seperti Pontianak. Di daerah tersebut akan berlaku hukum yang berlawanan. Di saat sun spot maksimum, curah hujan justru minimum, begitu juga sebaliknya.
Bagaimana dengan di Jakarta? Seperti kita tahu selama ini curah hujan di Jakarta seolah tak menentu. Dari pola yang dipelajari The Houw Liong bersama timnya, didapat hasil bahwa sudah sejak lama Jakarta memiliki pola yang tidak konsisten. Curah hujan di Ibu Kota ini juga tidak tetap. Ini juga berlaku di wilayah Jawa Barat dan Tengah. Jadi, jangan heran kalau prediksi cuaca kerap meleset dan mengakibatkan banjir.
Karena tak bisa diprediksi dengan hanya mengandalkan sun spot maka dikembangkan teknik yang disebut Adaptive Neuro Fuzzy Interference System (ANFIS). Bersama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), ITB sejak tiga tahun lalu melakukan studi yang berkaitan dengan prediksi hujan ini.
“Kami melakukan prediksi menggunakan pemodelan tinggi muka air. Dulu pemodelan dilakukan terhadap tinggi muka air satu sungai saja, yakni Ciliwung. Mulai sekarang kami melakukannya terhadap tiga sungai, yakni Ciliwung, Sunter dan Pesanggrahan,” ungkap Jana Tjahjana Anggadireja, Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam kesempatan serupa.

La Nina
Prediksi jangka panjang, yaitu sekitar sembilan bulan sebelum kejadian dilakukan berdasarkan deret waktu bulanan bilangan sun spot, indeks El Nino - Southern Oscillation (ENSO) multivariabel yang dipakai untuk memprediksi ENSO. Metode prediksi ini menunjukkan bahwa awal 2006 ini sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami hujan di atas rata-rata, kecuali Indonesia bagian tengah.
Kemudian prediksi jangka menengah yaitu 1-6 bulan sebelum kejadian dilakukan dengan memakai deret waktu hujan bulanan rata-rata dari tujuh stasiun di DKI dan tinggi muka air Sungai Ciliwung, Pesanggrahan dan Sunter dengan metode ANFIS.
Prediksi ini menunjukkan bahwa pada Februari 2006 merupakan puncak tertinggi muka air pada ketiga sungai besar yang melintasi Jakarta. Namun, titik muka air ini hampir sama dengan tahun 2003, 2004 dan 2005. Yang jelas tidak setinggi tahun 2002 yang mengakibatkan banjir besar di wilayah DKI.
Sementara itu, prediksi jangka pendek yang terjadi hanya beberapa minggu sebelum kejadian dilakukan berdasarkan deret waktu lima harian (pentad) diperkuat dengan prediksi Madden Julian Oscillation (MJO).
Dari metode tersebut disimpulkan bahwa awal 2006 akan menuju La Nina lemah. Indonesia bagian timur dan sebagian besar Pulau Jawa akan mengalami curah hujan di atas rata-rata. Puncak curah hujan DKI dan tinggi muka air ketiga sungai besar yang melalui Jakarta akan terjadi pada Februari 2006.

Komentar:
Tulisan tsb berdasarkan wawancara tahun 2005.Berdasarkan studi lebih lanjut ternyata hujan ekstrim di wilayah Jakarta terjadi ketika sekitar sunspot maksimum seperti yang terjadi pada tahun 2002 atau intensitas sinar kosmik maksimum seperti yang terjadi pada 2007.Pada puncak sunspot maksimum tahun 2013 banjir besar terjadi lagi di Jakarta.
Prediksi curah hujan bulanan puncak tahun 2009 dengan Anfis untuk Jabotabek terjadi pada bulan Februari.

(HouwLiong)

No comments: