Indonesia harus mampu mengembangkan sains dan teknologi yang ramah lingkungan sesuai dengan perkembangannya di tanah air, tanpa teknologi yang boros sumber alam dan energi.
Hal yang penting juga ialah memahami dan menghayati filsafat sains untuk bisa menyatakan kebenaran ilmiah dan bisa membedakannya dengan "kebenaran" yang diperoleh dengan cara lain.
The Houw Liong
http://LinkedIn.com/in/houwliong
19 February 2009
Cuaca Antariksa
Lapan, Bandung
Cuaca antariksa menggambarkan kondisi di antariksa yang meliputi kondisi pada matahari, angin surya, magnetosfer, ionosfer, dan termosfer. Cuaca antariksa sangat dipengaruhi oleh aktivitas matahari terutama kecepatan dan kerapatan angin surya, sifat dari medan magnetik bumi serta medan magnetik antarplanet Interplanetary Magnetic Field (IMF) yang dibawa oleh plasma angin surya, dan lokasi kita dalam tata surya. Berbagai Aktivitas matahari seperti sunspot, flare, prominensa, filamen, Coronal Mass Ejection (CME) dan kaitannya dengan gelombang kejut (shock wave) juga penting dalam mempengaruhi cuaca antariksa yang dapat menekan magnetosfer dan memicu terjadinya badai geomagnetik.
Cuaca antariksa mempengaruhi kinerja dan keandalan sistem teknologi yang berada di antariksa dan landas bumi. Variasi fenomena fisis yang terkait dengan cuaca antariksa seperti badai geomagnetik (geomagnetic storms) dan substorms, memberikan energi pada sabuk Van Allen hingga dapat menimbulkan aurora, arus induksi geomagnetik (geomagnetically induced current) di permukaan bumi, serta perubahan kondisi ionosfer yang dapat menyebabkan gangguan komunikasi dan navigasi.
http://www.dirgantara-lapan.or.id/matsa/index-matsa.htm
Labels:
Physics,
sains,
Solar Activity
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment