02 March 2009

Iklim dan Cuaca (tahun 2007)

Jumat, 19 Januari 2007

Jumat, 19 Januari 2007

Iklim dan Cuaca
Fase El Nino Kembali Normal

Jakarta, Kompas - Fase El Nino yang berdampak pada suhu muka laut yang dingin dan mengakibatkan musim kering di wilayah perairan Indonesia saat ini mulai kembali normal. Demikian disampaikan Fadli Syamsudin, Manajer Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana (GEOTECH), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kamis (18/1), melalui surat elektronik ke Kompas.

Fadli saat ini masih berlayar di wilayah perairan Samudra Pasifik bagian barat dengan kapal Jepang Mirai untuk mengikuti riset cuaca. "Kekhawatiran akan menguatnya fase El Nino pada tahun 2007 ternyata tidak terbukti. Kondisi atmosfer dan laut di Samudra Pasifik saat ini menunjukkan fenomena peluruhan sinyal El Nino sangat cepat," kata Fadli.

Demikian juga dengan konsentrasi "kolam panas" yang kembali menghangat di wilayah ekuator Pasifik barat sekitar wilayah Indonesia, makin bergerak jauh ke ekuator Pasifik timur.

"Informasi sedini mungkin kondisi iklim regional yang kembali ke fase normal pasca-El Nino tahun ini, akan sangat bermanfaat bagi pengambil kebijakan di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan perencanaan waktu tanam komoditas pertanian, pengaturan lalu lintas perhubungan, baik darat, laut maupun udara, serta berbagai sektor lainnya yang terkait," katanya.

Samudra Hindia

Fadli melanjutkan, saat ini perlu diwaspadai kondisi cuaca yang dipicu oleh fenomena di Samudra Hindia. Sebab, rekaman satelit GMS dan IR pada Minggu (14/1) menunjukkan gejala awal depresi atau tekanan rendah dengan cakupan wilayah yang lebih besar daripada depresi bibit awan konveksi saat terjadinya badai tropis Isobel pada minggu pertama Januari tahun 2007 di atmosfer perairan barat laut Australia.

Apabila kluster awan konveksi yang lebih besar ini berkembang menjadi depresi, sangat mungkin badai tropis baru dengan intensitas yang lebih kuat akan terbentuk di perairan barat Australia dan imbasan ekornya dapat menimbulkan curah hujan dengan intensitas tinggi dan sering diikuti dengan banjir dan longsor di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.

Sementara itu, akademisi The Houw Liong dari Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung Rabu lalu mengatakan, tekanan rendah yang menyebabkan air laut panas di Lautan Pasifik makin menjauh dari wilayah perairan Indonesia. Ini diprakirakan mengakibatkan hujan yang terjadi di wilayah Indonesia pada 2007 di bawah normal.

"Tetapi, berbeda dengan wilayah Aceh yang diprakirakan mendapat hujan di atas normal karena dipengaruhi angin utara dari Asia," kata Houw Liong dalam diskusi di BPPT.

Pada kesempatan itu, hadir pula pembicara Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT Asep Karsidi. Menurut Asep, kemungkinan pada 2007 terjadi kemarau panjang dapat diatasi dengan hujan buatan. Namun, hujan buatan harus dilaksanakan pada masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya.

"Pada saat di tengah-tengah musim kemarau, yang bisa dilakukan adalah pengeboman air, bukan hujan buatan, karena ketersediaan awan tidak memungkinkan diubah menjadi awan mendung. Biasanya, pengeboman air dilakukan untuk pemadaman kebakaran-kebakaran hutan yang sering terjadi di musim kemarau," kata Asep. (NAW)

Jakarta, Kompas - Fase El Nino yang berdampak pada suhu muka laut yang dingin dan mengakibatkan musim kering di wilayah perairan Indonesia saat ini mulai kembali normal. Demikian disampaikan Fadli Syamsudin, Manajer Laboratorium Teknologi Sistem Kebumian dan Mitigasi Bencana (GEOTECH), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kamis (18/1), melalui surat elektronik ke Kompas.

Fadli saat ini masih berlayar di wilayah perairan Samudra Pasifik bagian barat dengan kapal Jepang Mirai untuk mengikuti riset cuaca. "Kekhawatiran akan menguatnya fase El Nino pada tahun 2007 ternyata tidak terbukti. Kondisi atmosfer dan laut di Samudra Pasifik saat ini menunjukkan fenomena peluruhan sinyal El Nino sangat cepat," kata Fadli.

Demikian juga dengan konsentrasi "kolam panas" yang kembali menghangat di wilayah ekuator Pasifik barat sekitar wilayah Indonesia, makin bergerak jauh ke ekuator Pasifik timur.

"Informasi sedini mungkin kondisi iklim regional yang kembali ke fase normal pasca-El Nino tahun ini, akan sangat bermanfaat bagi pengambil kebijakan di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan perencanaan waktu tanam komoditas pertanian, pengaturan lalu lintas perhubungan, baik darat, laut maupun udara, serta berbagai sektor lainnya yang terkait," katanya.

Samudra Hindia

Fadli melanjutkan, saat ini perlu diwaspadai kondisi cuaca yang dipicu oleh fenomena di Samudra Hindia. Sebab, rekaman satelit GMS dan IR pada Minggu (14/1) menunjukkan gejala awal depresi atau tekanan rendah dengan cakupan wilayah yang lebih besar daripada depresi bibit awan konveksi saat terjadinya badai tropis Isobel pada minggu pertama Januari tahun 2007 di atmosfer perairan barat laut Australia.

Apabila kluster awan konveksi yang lebih besar ini berkembang menjadi depresi, sangat mungkin badai tropis baru dengan intensitas yang lebih kuat akan terbentuk di perairan barat Australia dan imbasan ekornya dapat menimbulkan curah hujan dengan intensitas tinggi dan sering diikuti dengan banjir dan longsor di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.

Sementara itu, akademisi The Houw Liong dari Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung Rabu lalu mengatakan, tekanan rendah yang menyebabkan air laut panas di Lautan Pasifik makin menjauh dari wilayah perairan Indonesia. Ini diprakirakan mengakibatkan hujan yang terjadi di wilayah Indonesia pada 2007 di bawah normal.

"Tetapi, berbeda dengan wilayah Aceh yang diprakirakan mendapat hujan di atas normal karena dipengaruhi angin utara dari Asia," kata Houw Liong dalam diskusi di BPPT.

Pada kesempatan itu, hadir pula pembicara Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT Asep Karsidi. Menurut Asep, kemungkinan pada 2007 terjadi kemarau panjang dapat diatasi dengan hujan buatan. Namun, hujan buatan harus dilaksanakan pada masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya.

"Pada saat di tengah-tengah musim kemarau, yang bisa dilakukan adalah pengeboman air, bukan hujan buatan, karena ketersediaan awan tidak memungkinkan diubah menjadi awan mendung. Biasanya, pengeboman air dilakukan untuk pemadaman kebakaran-kebakaran hutan yang sering terjadi di musim kemarau," kata Asep. (NAW)

Komentar :
Tulisan ini berdasarkan wawancara sebelum banjir besar Jakarta tahun 2007.
Ternyata curah hujan di Jabodetabek sangat lemah dipengaruhi oleh El Nino, tetapi lebih ditentukan oleh aktivitas matahari dan fluks sinar kosmik yang bisa menyatakan bahwa tahun 2007 mungkin banjir besar.

(HouwLiong)

No comments: