SIMULASI APLIKASI ALGORITMA MULTIVARIBLE
GENERALIZED PREDICTIVE CONTROL
BERDASARKAN MODEL STATE-SPACE PLANT
KOLOM DISTILASI DAN PENGARUHNYA PADA
KINERJA PENGONTROL
Erwani M. Sartika1, The Houw Liong2, Edi Leksono3, Endra Joelianto3
1Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, Indonesia
2Departemen Fisika, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
3Departemen Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia
Abstrak
Makalah ini membahas aplikasi algoritma multivariable Generalized Predictive Control
(GPC) yang diturunkan dalam bentuk persamaan ruang keadaan oleh Andrzey W.Ordys and David W. Clarke pada tahun 1992. Algoritma multivariable GPC tersebut diaplikasikan pada plant proses yang umum digunakan yaitu plant kolom distilasi MIMO dalam bentuk persamaan ruang keadaan. Hasil aplikasi pada plant kolom distilasi tersebut ditunjukkan dalam bentuk simulasi menggunakan MATLAB, yang digunakan untuk menganalisa kinerja dari algoritma GPC Andrzey W.Ordys and David W. Clarke. Hasil pengamatan menunjukkan pengaruh parameter-parameter yang membuat kinerja pengontrol kolom distilasi ini dapat memperbaiki trayektori keluaran untuk mencapai set point yang diinginkan dan mengurangi sinyal kontrolnya.
Pengaruh gangguan dan perubahan setpoint selama proses juga diamati. Kinerja yang dihasilkan melalui aplikasi algoritma multivariable GPC pada plant kolom distilasi diperlihatkan oleh beberapa hasil simulasi.
Indonesia harus mampu mengembangkan sains dan teknologi yang ramah lingkungan sesuai dengan perkembangannya di tanah air, tanpa teknologi yang boros sumber alam dan energi.
Hal yang penting juga ialah memahami dan menghayati filsafat sains untuk bisa menyatakan kebenaran ilmiah dan bisa membedakannya dengan "kebenaran" yang diperoleh dengan cara lain.
The Houw Liong
http://LinkedIn.com/in/houwliong
26 July 2010
16 July 2010
Classification of Agarwood Oil Using an Electronic Nose
Classification of Agarwood Oil Using an Electronic Nose
Wahyu Hidayat , Ali Yeon Md. Shakaff , Mohd Noor Ahmad and Abdul Hamid Adom
Sensor Technology and Applications Research Cluster, Universiti Malaysia Perlis (UniMAP), 01000 Kangar, Perlis, Malaysia
* Author to whom correspondence should be addressed.
Received: 1 March 2010; in revised form: 14 April 2010 / Accepted: 19 April 2010 / Published: 6 May 2010
(This article belongs to the Section Physical Sensors)
Abstract:
Presently, the quality assurance of agarwood oil is performed by sensory panels which has significant drawbacks in terms of objectivity and repeatability. In this paper, it is shown how an electronic nose (e-nose) may be successfully utilised for the classification of agarwood oil. Hierarchical Cluster Analysis (HCA) and Principal Component Analysis (PCA), were used to classify different types of oil. The HCA produced a dendrogram showing the separation of e-nose data into three different groups of oils. The PCA scatter plot revealed a distinct separation between the three groups. An Artificial Neural Network (ANN) was used for a better prediction of unknown samples.
Keywords: agarwood oil; e-nose; HCA; PCA; ANN; dimensionality reduction
Wahyu Hidayat , Ali Yeon Md. Shakaff , Mohd Noor Ahmad and Abdul Hamid Adom
Sensor Technology and Applications Research Cluster, Universiti Malaysia Perlis (UniMAP), 01000 Kangar, Perlis, Malaysia
* Author to whom correspondence should be addressed.
Received: 1 March 2010; in revised form: 14 April 2010 / Accepted: 19 April 2010 / Published: 6 May 2010
(This article belongs to the Section Physical Sensors)
Abstract:
Presently, the quality assurance of agarwood oil is performed by sensory panels which has significant drawbacks in terms of objectivity and repeatability. In this paper, it is shown how an electronic nose (e-nose) may be successfully utilised for the classification of agarwood oil. Hierarchical Cluster Analysis (HCA) and Principal Component Analysis (PCA), were used to classify different types of oil. The HCA produced a dendrogram showing the separation of e-nose data into three different groups of oils. The PCA scatter plot revealed a distinct separation between the three groups. An Artificial Neural Network (ANN) was used for a better prediction of unknown samples.
Keywords: agarwood oil; e-nose; HCA; PCA; ANN; dimensionality reduction
15 July 2010
Kebijakan Menghadapi Krisis di Indonesia
Kebijakan Menghadapi Krisis di Indonesia dengan memindahkan pusat kegiatan ke luar pulau Jawa(Pindahkan ibu kota dan pusat ekonomi/industri ke luar pulau Jawa).
The Houw Liong
Masalah besar yang harus ditangani di Indonesia ialah masalah distribusi penduduk dan kenaikan jumlah penduduk yang pesat. Penduduk Indonesia yang sudah mencapai 235 juta dengan pertambahan penduduk sekitar 2% tiap tahun, sehingga jumlahnya akan 2x lipat dalam waktu sekitar 70 tahun. Sebagian besar populasi yaitu sekitar 150 juta berada di pulau Jawa, karena pulau Jawa merupakan pusat kegiatan pemerintahan, industri, ekonomi dan pendidikan, sehingga orang akan bermigrasi ke pulau Jawa. Namun pulau Jawa sudah melampaui daya tampungnya, sehingga terjadi kerusakan lingkungan hidup, kemacetan lalu lintas, polusi yang melampaui batas sehingga akan menimbulkan krisis. Hal ini menyebabkan pengelolaan pulau Jawa menjadi sangat sulit.
Kebijakan yang perlu diambil ialah memindahkan secara bertahap pusat kegiatan tsb. ke luar pulau Jawa, sehingga terjadi migrasi secara alamiah dan mempercepat pembangunan di luar Jawa dan memudahkan pengelolaan di Jawa untuk memperbaiki lingkungan hidup, mencegah kemacetan lalu lintas, mengurangi polusi, dst.
Kebijakan lain yang juga penting ialah peningkatan gerakan keluarga berencana dan pola hidup yang hemat sumber alam dan energi (reduce, reuse, recycle, restore, replenish) serta pengembangan energi alternatif, sehingga secepatnya mengurangi kebergantungan dari energi fosil/BBM dan mengurangi polusi dan memanfaatkan sampah.
Rencana pemerintah untuk meningkatkan pemakaian energi geotermal sehingga memenuhi 15% dari kebutuhan energi Indonesia dalam tahun 2030 masih terlalu rendah sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan energi Indonesia, mengingat peningkatan kebutuhan energi diperkirakan akan meningkat lebih besar karena pertambahan penduduk dan pemakaian energi per orang akan meningkat juga.
Negara maju sudah memacu pemakaian energi nuklir untuk menggantikan energi fossil, walaupun disadari resiko PLTN cukup besar, sehingga diperlukan pengembangan teknologi nuklir generasi iii dan iv yang direncanakan akan lebih aman dan bisa mengurangi bahaya sampah nuklir.
The Houw Liong
Masalah besar yang harus ditangani di Indonesia ialah masalah distribusi penduduk dan kenaikan jumlah penduduk yang pesat. Penduduk Indonesia yang sudah mencapai 235 juta dengan pertambahan penduduk sekitar 2% tiap tahun, sehingga jumlahnya akan 2x lipat dalam waktu sekitar 70 tahun. Sebagian besar populasi yaitu sekitar 150 juta berada di pulau Jawa, karena pulau Jawa merupakan pusat kegiatan pemerintahan, industri, ekonomi dan pendidikan, sehingga orang akan bermigrasi ke pulau Jawa. Namun pulau Jawa sudah melampaui daya tampungnya, sehingga terjadi kerusakan lingkungan hidup, kemacetan lalu lintas, polusi yang melampaui batas sehingga akan menimbulkan krisis. Hal ini menyebabkan pengelolaan pulau Jawa menjadi sangat sulit.
Kebijakan yang perlu diambil ialah memindahkan secara bertahap pusat kegiatan tsb. ke luar pulau Jawa, sehingga terjadi migrasi secara alamiah dan mempercepat pembangunan di luar Jawa dan memudahkan pengelolaan di Jawa untuk memperbaiki lingkungan hidup, mencegah kemacetan lalu lintas, mengurangi polusi, dst.
Kebijakan lain yang juga penting ialah peningkatan gerakan keluarga berencana dan pola hidup yang hemat sumber alam dan energi (reduce, reuse, recycle, restore, replenish) serta pengembangan energi alternatif, sehingga secepatnya mengurangi kebergantungan dari energi fosil/BBM dan mengurangi polusi dan memanfaatkan sampah.
Rencana pemerintah untuk meningkatkan pemakaian energi geotermal sehingga memenuhi 15% dari kebutuhan energi Indonesia dalam tahun 2030 masih terlalu rendah sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan energi Indonesia, mengingat peningkatan kebutuhan energi diperkirakan akan meningkat lebih besar karena pertambahan penduduk dan pemakaian energi per orang akan meningkat juga.
Negara maju sudah memacu pemakaian energi nuklir untuk menggantikan energi fossil, walaupun disadari resiko PLTN cukup besar, sehingga diperlukan pengembangan teknologi nuklir generasi iii dan iv yang direncanakan akan lebih aman dan bisa mengurangi bahaya sampah nuklir.
09 July 2010
RELATIONSHIP OF INDONESIAN DROUGHT AND ENSO
JTM VOLUME IX NO3./2002
RELATIONSHIP OF INDONESIAN DROUGHT AND ENSO
by Bayong Tjasyono HK.*, The Houw liong**, P. A. Winarso***, Kartika L.*, Zadrach L. D.*, Plato M. S.*
*) Department of Geophysics and Meteorology, ITB
**) Department of Physics, ITB
***) Meteorological and Geophysical Agency, Jakarta
Abstract
Drought periods in the Indonesian maritime continent are affected by ENSO (El NiƱo – Southern Oscillation) events at the equatorial Pacific and the west coast of South America. During June to September 1997, many areas of Indonesia located mainly south of the equator and near Australian Continent suffered lack of sufficient water to meet requirement i. e. less than 60 mm per month. ENSO affects the activity of rainfall mainly in the eastern part rather than in the western part of the Indonesian maritime continen. The amount of rainfall in the ENSO event of 1997 is less, on the contrary the number of drought area is greater then that in the pre and post – ENSO events. Average dry pentad probability knowing the preceding two dry pentads increases from 15th pentad up to 50th pentad.
Keywords : Drought, ENSO, rainfall
RELATIONSHIP OF INDONESIAN DROUGHT AND ENSO
by Bayong Tjasyono HK.*, The Houw liong**, P. A. Winarso***, Kartika L.*, Zadrach L. D.*, Plato M. S.*
*) Department of Geophysics and Meteorology, ITB
**) Department of Physics, ITB
***) Meteorological and Geophysical Agency, Jakarta
Abstract
Drought periods in the Indonesian maritime continent are affected by ENSO (El NiƱo – Southern Oscillation) events at the equatorial Pacific and the west coast of South America. During June to September 1997, many areas of Indonesia located mainly south of the equator and near Australian Continent suffered lack of sufficient water to meet requirement i. e. less than 60 mm per month. ENSO affects the activity of rainfall mainly in the eastern part rather than in the western part of the Indonesian maritime continen. The amount of rainfall in the ENSO event of 1997 is less, on the contrary the number of drought area is greater then that in the pre and post – ENSO events. Average dry pentad probability knowing the preceding two dry pentads increases from 15th pentad up to 50th pentad.
Keywords : Drought, ENSO, rainfall
Subscribe to:
Posts (Atom)