29 June 2010

Model Dinamika Sistem dan Krisis Dunia (Krisis Energi dan Sumber Alam).

Model Dinamika Sistem dan Krisis Dunia


Model Dinamika Sistem dan Krisis Dunia (Krisis Energi dan Sumber Alam).

The Houw Liong

Sekitar tahun 1960 -- 1970 Jay Forrester seorang guru besar di MIT mencetuskan model dinamika system yang dapat dipakai untuk menganalisis aliran barang pada industri dan kelompoknya berhasil memperluasnya untuk menganalisis dinamika system dunia. Kelompok yang dipimpinya mengambil populasi/jumlah penduduk , hasil industri dan pertanian, sumber alam dan lahan subur, polusi dan sampah sebagai kuantitas penting yang perlu diperhatikan.
Jumlah penduduk dunia naik sekitar 2% per tahun, meningkatnya jumlah penduduk secara eksponensial ini yang berarti populasi akan menjadi dua kali lipat setiap 70 tahun. Jumlah penduduk dunia ada sekitar 6 milyar dalam tahun 2000 dan kalau pertumbuhanya tetap 2%, maka dalam tahun 2070 akan menjadi 12 milyar manusia.
Populasi meningkat secara eksponensial berarti kebutuhan pangan, pakaian dan papan/perumahan akan meningkat, ini berarti hasil pertanian dan industri perlu ditingkatkan secara eksponensial pula, akibatnya sumber alam dan luas tanah subur akan menipis, polusi dan sampah akan bertambah, kalau ini berlangsung terus maka dunia akan menuju krisis.
Model ini menunjukkan bahwa tanpa strategi dan tindakan yang tepat sekitar tahun 2050 saja mungkin menusia sudah krisis air bersih, menipisnya sumber alam dan kerusakan lingkungan yang parah.
Memang model ini banyak dikritik dan ditunjukkan terdapat kelemahan, namun kecenderungan umum bahwa tanpa strategi dan tindakan yang tepat untuk menanganinya maka dunia akan menuju krisis.

Faktor lain yang sangat penting ialah pemakaian energi yang terus meningkat sehingga dalam beberapa tahun saja sudah mencapai puncak pemakaian BBM (peak oil) yaitu produksi BBM tidak bisa lagi memenuhi permintaan/pemakaian BBM, dan pengembangan energi alternatif tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan energi.

Hal ini menunjukkan bahwa dunia sedang menuju krisis energi.

Negara maju seperti Prancis memutuskan untuk memakai tenaga nuklir, walaupun disadari resiko kecelakaan reaktor nuklir tetap ada. Prancis memakai PLTN untuk memenuhi 78 % kebutuhannya dan juga menjualnya ke negara lain.

Negara berkembang seperti Indonesia masih harus mempersiapkan diri untuk bisa membangun PLTN yang memerlukan biaya puluhan trilyun rupiah dan pengetahuan serta keterampilan dan disiplin untuk mengoperasikan PLTN serta menangani sampah nuklir .

Indonesia juga sudah mendekati puncak pemakaian BBM untuk mengatasi hal tsb, pengembangan energi alternatif perlu dipercepat/digalakkan disertai dengan perubahan pola hidup yang hemat energi dan sumber alam dengan melakukan 3R ( reduce, reuse, recycle).

No comments: