17 April 2009

PERCEPATAN HUJAN DAPAT MENCEGAH BANJIR BESAR ?

BPPT: PERCEPATAN HUJAN DAPAT MENCEGAH BANJIR BESAR.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan, percepatan hujan dengan mengandalkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dapat mengurangi curah hujan diatas normal. “TMC atau hujan buatan dapat merangsang hujan maksimal untuk turun sebelum waktunya. Tentunya sedikit demi sedikit, sehingga curah hujannya tetap normal,” jelas Asep Karsidi Kepala UPT Hujan Buatan BPPT di Jakarta, Kamis (19/1). Dia menjelaskan, pihaknya dapat mempercepat hujan tersebut dengan melakukan penyemaian di dasar awan pada ketinggian 10.000 feet. Penyemaian menggunakan pesawat terbang jenis CASA 121-200. Jika sebelumnya menggunakan bahan dasar garam dengan metode penyemprotan, kini penyemaian memanfaatkan flare dengan metode pembakaran. Pemanfaatan flare merupakan teknologi terbaru. Kapasitasnya lebih besar dibanding penyemaian dengan bubuk garam. Satu kilogram flare setara dengan satu ton bubuk garam.

Satu pesawat mampu mengangkut 24 flare atau setara 24 ton padahal berat eksisting hanya 12 kilogram. Kalau metode lama paling banyak mengangkut satu ton saja. Jadi, flare mampu mengurangi debit uap air di awan lebih banyak dibanding metode bubuk garam. “Operasional akan lebih efesien,” kata Asep. Upaya percepatan hujan tersebut perlu dilakukan mengingat hasil kajian Tim Prediksi Banjir BPPT, BMG dan ITB yang memperkirakan bahwa banjir di Jakarta akan terjadi pada pertengahan Februari 2006. Metode yang digunakan adalah Anfis. Risetnya selama tiga tahun terakhir.

Menurut pakar cuaca dari Departemen Fisika ITB The Houw Liong, pada pertengahan bulan itu akan terjadi hujan yang maksimal. Namun, kata dia, banjir tersebut tidak terlalu besar seperti tahun 2002 dan 1996. Genangan airnya paling lama hanya satu atau dua hari. Pada tahun 2002 dan tahun 1996 bisa mencapai enam hingga tujuh hari. Liong berharap, pemerintah segera mengeluarkan peringatan dini. “Saat ini, sudah harus berhati-hati, terutama bagi warga yang tinggal di bantaran kali,” tegas dia. Pimpinan Proyek Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (Pimpro PWSCC) Pitoyo Subandrio mengaku sudah memperingatkan kawasan warga di bantaran sungai di Jakarta. Namun warga kurang peduli. “Biasanya, banjir kiriman dari Katulampa ke Jakarta membutuhkan waktu 16 jam,” ujar dia. (c81)

Sumber : Investor Daily (20/1/06)

Komentar :
Artikel ini ditulis berdasarkan wawancara pada 19 Januari 2006.
Gagasan seperti ini dipakai oleh China untuk mencegah hujan lebat di Beijing ketika Olimpiade tahun 2008.

HouwLiong

No comments: